Seorang tea master membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari dan menyempurnakan kemampuan mereka dalam hal spiritual dan juga ritual yang dipraktekkan saat upacara minum teh.
Tentunya pembahasan mengenai tea master perlu diawali dengan kisah mengenai para grand tea master. Pada topik kali ini kita akan berkenalan dengan 4 tokoh grand tea master dari Jepang yang memberikan pengaruh dan juga membuka jejak sejarah teh di Jepang.
Ikkyu Sojun (1394-1481)
Ikkyu lahir pada tahun 1394 di sebuah kota kecil Kyoto. Ikkyu diduga anak dari Kaisar Go-Komatsu dan seorang wanita dari istana yang berpangkat rendah. Pada usia lima tahun, Ikkyu dipisahkan dari ibunya dan ditempatkan di kuil Rinzai Zen di Kyoto yang disebut Ankoku-Ji, sebagai seorang yang membantu di kuil. Para guru kuil mengajarkan budaya dan juga bahasa Tiongkok sebagai bagian dari kurikulum kepadanya, metode tersebut bernama Gozan Zen. Di sanalah ia belajar tentang puisi, seni, teh dan sastra Tiongkok. Melalui perjalanan panjang kehidupannya di kuil, Ikkyu Sojun pada akhirnya dikenal sebagai seorang biksu Budha yang sangat eksentrik dan ikonis. Ia adalah salah satu tea master terbesar yang sangat dihormati.
Murato Shuko (1422-1502)
Murato Shuko adalah murid dari Ikkyu Sojun. Murato Shuko dinominasikan sebagai Father Japanese Tea Master Ceremony yang disebut Way of Tea. Murato mempercayai bahwa kekuatan roh Sang Budha bukan hanya hadir pada saat minum teh tetapi juga pada saat proses perjalanan dan gerakan yang dilakukan pada saat upacara dilakukan. Shuko adalah orang pertama yang menyajikan teh untuk tamunya sendiri dan menyederhanakan aturan upacara. Sebagai ahli teh resmi untuk Shogun Ashikaga Yoshimasa, ia memperkenalkan kualitas, nilai-nilai spiritual, dan kerendahan hati ke dalam upacara minum teh. Dia sendiri juga merancang bangunan pertama yang dikhususkan untuk upacara minum teh.
Takeno Joo (1502-1555)
Takeno Joo adalah murid dari Murato Shuko. Ia adalah orang pertama yang mempraktekan prinsip kesederhanaan upacara minum teh. Takeno juga jauh lebih banyak menyederhanakan dari apa yang Shuko lakukan seperti mengganti rak pajangan untuk benda-benda berharga dari Cina menjadi lukisan kaligrafi dan rangkaian bunga sederhana. Ia membawa nilai-nilai sederhana dan natural ke dalam upacara minum teh.
Sen No Rikyu (1522-1591)
Sen No Rikyu dikenal sebagai seorang yang membakukan secara mendetail mengenai Cha-No-Yu atau upacara minum teh. Rikyu menyatukan antara seni dan juga praktik spiritual di dalamnya. Rikyu juga pernah menjadi tea master bagi Oda Nobunaga, salah seorang tokoh terkemuka pada periode Sengoku, Oda Nobunaga adalah kepala klan Oda yang sangat kuat dan berpengaruh karena kontribusi besarnya mempersatukan Jepang pada waktu itu. Ia menjadikan upacara minum teh sebagai taktik negosiasi feodal.