Jepang dikenal sebagai negara yang teguh memegang tradisi dan budaya. Banyak tradisi sarat makna yang tetap dipertahankan hingga sekarang. Dari beberapa tradisi tersebut, Seijin No Hi adalah salah satu yang paling berkesan bahkan dinantikan, khususnya oleh anak-anak muda di Jepang.
Apa Itu Seijin No Hi
Seijin No Hi atau Hari Kedewasaan adalah perayaan yang diadakan di Jepang. Perayaan ini dirayakan oleh anak muda Jepang yang baru menginjak usia 18 tahun, yaitu usia yang dianggap sebagai usia dewasa di Jepang. Melalui Seijin No Hi, anak muda Jepang yang baru saja mencapai usia dewasa diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Pada awalnya, antara tahun 1948 hingga 1999, Seijin No Hi diselenggarakan setiap tanggal 15 Januari. Namun sejak tahun 2000, perayaan Seijin No Hi berubah menjadi hari Senin kedua di bulan Januari.
Asal Usul Seijin No Hi
Asal usul Seijin No Hi sebenarnya sudah ada sejak tahun 700-an Masehi. Pada kala itu, pangeran muda akan mempersembahkan rambut dan pakaiannya sebagai tanda bahwa ia sudah menjadi dewasa.
Meski asal usul Seijin No Hi sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, perayaan resminya baru ada mulai tahun 1876 (tahun ke 9 masa Meiji) ketika pemerintah Jepang mengubah undang-undang mengenai usia dewasa dari 21 tahun menjadi 20 tahun. Pada tahun 1948, pemerintah menetapkan tanggal 15 Januari sebagai Hari Kedewasaan dan mulai merayakannya sebagai perayaan resmi. Namun sejak tahun 2000, Seijin No Hi dirayakan setiap hari Senin kedua bulan Januari.
Sejak saat itu, Seijin No Hi menjadi tradisi tahunan yang terus dilestarikan dan menjadi momen penting bagi anak muda Jepang untuk merayakan kedewasaan.
Berdasarkan perubahan undang-undang di tahun 2018, sejak 2022 usia dewasa di Jepang diturunkan lagi menjadi 18 tahun.
Perayaan Seijin No Hi di Jepang
Masyarakat Jepang memiliki caranya sendiri dalam merayakan hari kedewasaan. Pada perayaan Seijin No Hi, anak-anak muda yang baru menginjak usia 18 tahun akan menghadiri upacara resmi yang diadakan oleh pemerintah setempat. Upacara ini biasanya diikuti oleh perwakilan dari pemerintah, tokoh masyarakat dan orangtua dari anak-anak muda yang merayakan. Pada upacara ini, anak-anak muda akan menerima sertifikat kedewasaan yang diberikan oleh pemerintah lokal setempat.
Selain upacara resmi, Seijin No Hi juga dirayakan dengan berbagai kegiatan lainnya. Anak-anak muda yang baru berusia 18 tahun akan mengenakan pakaian tradisional Jepang yang disebut “seijinsakka“. Pakaian ini terdiri dari kimono jenis hakama atau setelan jas berwarna gelap untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan, mereka akan mengenakan kimono jenis furisode.
Banyak orang yang juga merayakan Seijin No Hi bersama keluarga dan teman-temannya. Bahkan tidak sedikit yang berkeliling kota atau mengadakan pesta untuk merayakannya. Selain itu, kegiatan-kegiatan komunitas seperti parade dan pesta raky juga kerap diselenggarakan untuk semakin menyemarakkan Seijin No Hi.
Saat perayaan Seijin No Hi, banyak yang merayakannya dengan memberi kado sebagai bentuk dukungan. Biasanya, kado diberikan oleh orang tua, saudara atau teman-teman kepada anak muda yang menjadi peserta Seijin No Hi.
Belajar dari Seijin No Hi
Seijin No Hi bukan hanya sekedar bentuk penghormatan kepada anak muda yang mulai menginjak usia dewasa. Perayaan ini juga sekaligus menjadi momen pelepasan anak-anak muda untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan negara.
Perayaan Seijin No Hi diharapkan dapat mempersiapkan anak muda untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan pentingnya memahami tanggung jawab sebagai warga negara dan berperan serta dalam membangun masyarakat.