channelnewsasia.com

Kebersihan Sebagai Bagian dari Budaya Masyarakat Jepang

Jepang, negeri yang satu ini memang dikenal memiliki kepribadian yang kuat dan teguh dalam memegang nilai-nilai budayanya. Masyarakatnya dikenal disiplin dan memandang kebersihan sebagai perkara yang serius. Budaya cinta kebersihan tidak hanya diterapkan oleh masyarakat Jepang di negerinya sendiri. Nilai-nilai kebersihan begitu terpatri hingga terbawa ke manapun mereka pergi.

Menanamkan Budaya Bersih Sejak Dini

Budaya bersih masyarakat Jepang tidak terlahir dengan sendirinya. Mereka juga tidak langsung memegang nilai-nilai kebersihan sejak lahir ke dunia. Namun satu hal yang pasti, masyarakat Jepang memang sudah dididik untuk cinta kebersihan sejak masih usia belia.

Secara formal, budaya bersih mulai ditanamkan sejak sekolah dasar. Di jenjang sekolah dasar, siswa-siswi Jepang telah diajarkan untuk piket membersihkan ruang kelasnya. Siswa-siswi yang mendapat jatah piket bertanggungjawab untuk bersih-bersih sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Kegiatan piket seperti ini membangun kesadaran sosial anak-anak akan pentingnya menjaga kebersihan. Kesadaran tersebut tertanam dalam pikiran bawah sadar dan terus terbawa hingga dewasa. Itulah kenapa meski tidak banyak tong sampah atau petugas kebersihan di Jepang, tidak ada sampah berserakan di jalanan maupun di sudut-sudut kota.

Kebersihan Sebagai Laku Spiritual

Tingginya kesadaran masyarakat Jepang akan pentingnya menjaga kebersihan juga tidak terlepas dari ajaran spiritual yang mereka yakini. Seperti yang diketahui, sebagian besar masyarakat Jepang merupakan penganut Shinto dan Buddha. Dalam dua ajaran tersebut, kebersihan merupakan jantung dari laku spiritual.

Ajaran Shinto menekankan bahwa kebersihan merupakan perwujudan dari ketuhanan. Sebagai catatan, dalam ajaran Shinto terdapat konsep yang disebut kegare (ketidakmurnian). Kegare ini dapat dijumpai dalam segala peristiwa yang tidak menyenangkan, baik itu kemalangan, penyakit atau kematian. Dengan ritual pembersihan, kemurnian jiwa dikembalikan dan kegare dapat dihindari.

Baca Juga  5 Kebaikan L-Theanine pada Teh Hijau untuk Kesehatan

Dalam ajaran Buddha, manusia dipandang sebagai bagian dari lingkungan. Hidup manusia tidak mungkin terlepas dari lingkungan tempat mereka berada. Karena itu, bersih-bersih menjadi cara untuk menghormati lingkungan serta bukti kesediaan dalam merawatnya.

Jadi Sorotan di Kancah Piala Dunia

Selama perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar, Jepang beberapa kali menjadi sorotan dunia. Dari segi performa di atas lapangan, tim samurai biru mengejutkan dunia dengan mengalahkan tim-tim unggulan, seperti Jerman dan Spanyol. Namun bukan hanya itu saja, tim nasional Jepang juga sukses menuai decak kagum masyarakat dunia di luar lapangan.

Seusai pertandingan, tim nasional Jepang selalu meninggalkan ruang ganti dalam kondisi bersih. Bukan hanya tidak meninggalkan sampah, mereka juga membersihkan dan merapikan ruang ganti.

Kesadaran tinggi akan kebersihan juga ditunjukkan oleh suporter tim Jepang. Tidak peduli timnya menang atau kalah, suporter tim Jepang tidak pernah absen membersihkan stadion seusai pertandingan. Bahkan bagi suporter yang merokok, mereka tidak jarang membawa asbak sendiri agar tidak membuang abu sembarangan.

Belajar Perilaku Bersih dari Masyarakat Jepang

Di dunia ini tidak banyak negara yang punya kepedulian dan disiplin tinggi pada kebersihan. Karena itu, perilaku masyarakat Jepang yang menjaga kebersihan sebagai hal yang “sudah sewajarnya dilakukan” menjadi satu fenomena langka yang layak untuk dijadikan bahan percontohan.

Perilaku bersih seperti ini sudah seharusnya dicontoh oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Memang butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangun kesadaran setinggi masyarakat Jepang. Meski demikian, semua itu bisa dilakukan mulai dari diri sendiri.

Kamu bisa mulai dengan membuang sampah pada tempatnya. Bangun rasa tanggung jawab pada sampah sendiri dan jangan membuangnya sesuka hati. Jika semua orang Indonesia punya kesadaran seperti ini, Indonesia yang bersih dari sampah bukan hanya sekedar mimpi.

Baca Juga  Kecanduan Gula: Penyebab, Risiko, dan Solusi

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *