Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam. Di bulan ini, seluruh pemeluk agama Islam diwajibkan untuk berpuasa. Namun meski memiliki kewajiban yang sama, setiap negara memiliki kebiasaan uniknya masing-masing. Misalnya saja seperti tradisi memasang lampu Fanus di Mesir dan Chaand Raat di Pakistan.
1. Malaysia
Warga negara Malaysia memiliki kuliner khas yang hanya bisa ditemui di negara ini sebagai menu populer berbuka puasa. Kuliner tersebut adalah bubur Lambuk.
Bubur Lambuk sendiri merupakan bubur beras yang diisi daging sapi cincang, udang kering dan rempah-rempah, seperti kayu manis, bunga cengkeh, jintan putih, bunga lawang dan lainnya.
Biasanya, bubur Lambuk di masak secara bergotong-royong. Proses masak besar ini biasa dilakukan di beberapa masjid. Setelah selesai, bubur Lambuk akan dibagikan sebagai menu berbuka di masjid penyelenggara.
2. Jepang
Meski termasuk minoritas, pemeluk agama Islam di Jepang juga tidak kalah antusias menyambut bulan Ramadhan. Mayoritas umat Islam di Jepang adalah orang-orang asing dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Iran, Pakistan dan lain – lain yang tinggal di Jepang. Mereka membentuk sejenis panitia Ramadhan untuk menyusun kegiatan selama bulan suci.
Kegiatan keagamaan khas bulan Ramadhan, seperti salat Tarawih juga tetap diselenggarakan di pusat agama Islam di Jepang. Namun karena jumlah masjid yang sangat terbatas (sekitar 80 an, termasuk sebuah masjid yang berada di Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo), tidak jarang orang Islam di Jepang melaksanakannya di rumah, baik sendiri atau bersama keluarga.
Selain sibuk dengan berbagai kegiatan keagamaan, umat Islam di Jepang juga punya kebiasaan unik saat berbuka puasa. Mereka biasa berbuka dengan kue khas jepang, yakni dorayaki.
3. Mesir
Masyarakat Mesir memiliki kebiasaan unik di bulan Ramadhan. Jelang bulan puasa, mereka akan menyambutnya dengan memasang lampu tradisional Mesir yang disebut lampu Fanus.
Bagi umat keagamaan lain di beberapa negara, lentera memang memiliki makna yang mendalam. Lentera menjadi simbol cahaya yang menerangi kegelapan. Karena alasan ini jugalah, masyarakat Mesir memasang lentera untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Tradisi memasang lampu Fanus di setiap rumah ini dimulai sejak masa Khalifah Fatimiyah atau sekitar abad ke-10. Pada saat itu, lampu Fanus digunakan untuk menyambut pasukan raja yang berkunjung saat bulan Ramadhan tiba.
4. Italia
Islam di dataran Eropa memang tergolong minoritas. Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat umat Islam di Eropa untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, salah satunya adalah umat Islam di Roma, Italia.
Di Italia, awal dan akhir bulan Ramadhan biasa diumumkan dengan cara menyanyikan lagu-lagu tradisional. Tradisi ini merupakan peninggalan dari Kekaisaran Ottoman yang hingga kini masih dipertahankan. Umat Islam di Roma, Italia juga akan berbaris di jalan-jalan dengan memainkan drum buatan rumah berlapis kulit domba atau kambing yang disebut dengan lodra.
Kemeriahan bulan Ramadhan semakin terasa saat jelang waktu berbuka. Di Roma, Italia, para pemeluk agama Islam biasanya akan mengundang tetangga atau kerabat yang beragam Islam untuk memainkan lagu tradisional sebelum waktu berbuka puasa.
5. Pakistan
Pakistan merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam yang besar. Karena itu, negara ini memiliki tradisi khas yang sarat akan nuansa agama Islam. Salah satunya adalah Chaand Raat.
Chaand Raat merupakan sebuah perayaan yang dilakukan jelang Idul Fitri. Untuk menyambut hari Lebaran, para wanita di Pakistan berbondong-bondong ke pasar untuk membeli gelang warna-warni. Mereka juga akan melukis tangan dan kaki dengan menggunakan Henna. Karena tradisi menggunakan Henna ini, waktu jelang Idul Fitri juga banyak mengundang para penjual Henna dadakan.
Setiap negara memiliki caranya masing-masing untuk menyambut bulan Ramadhan. Meski demikian, kemeriahan dan antusiasnya selalu sama. Umat Islam di seluruh dunia selalu menyambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita.